Begitu konyol kepemimpinan sekarang
ini, orang-orang masih saja berkelut dengan masalah-masalah sepele. Bahkan ada yang menyepelekan sesuatu yang
terpenting dalam kepemimpinannya. Bukankah suatu jabatan itu adalah sebagian
dari tanggung jawab kita terhadap yang dipimpin? Dan bukanlah sebuah
keistimewaan yang membawa gelar menuju kenikmatan melainkan gelar yang akan
mengguyur ia dalam kenistaan ataupun kehinaan sepanjang hayat.
Dari cuplikan opini diatas apakah masih ada yang mau
maju untuk menjadi seorang pemimpin? Yah, selama pemerintahan Nabi besar
Muhammad Saw. Banyak dari kaum muslim berbondong-bondong meraih gelar sebagai
seorang raja, yang kita kenal dalam institusi kita adalah Presiden, MPR, DPR, MA dan masih banyak
lagi. Semua itu tercermin dari kepedulian kita terhadap Bangsa dan Negara,
ditambah lagi pernyataan Sang Kuasa bahwa manusia dilahirkan sebagai khalifah fiil ‘ard. Titik inilah yang
meyakinkan diri seseorang untuk tetap maju melangkah demi menjalankan amanah
besar dari atasan maupun untuk membawa sebuah perubahan menuju kemaslahatan ummat.
pelatihan-leadership.blogspot.com |
Satu rujukan yang penulis ingin ajukan kepada
teman-teman. What is leadership? Pertanyaan
ini slalu menjadi ulasan diberbagai pihak dalam perdebatan kepemimpinan.
Beberapa orang memiliki pandangan tersendiri untuk menginterpretasikan arti
sebuah kepemimpinan. Dalam hal ini, gerakan seorang pemimpin akan berpacu pada penafsiran
kepemimpinan itu masing-masing. Disinilah letak perbedaan tiap pemimpin dalam
menjalankan amanah yang secara sah diserahkan kepadanya. Mengenal arti dari
kepemimpinan itu sendiri, Jhon C.Maxwell
mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan
pengikut.
Ada dua kata yang tidak lepas dari penjabaran Jhon C.Maxwell dalam hal kepemimpinan
yaitu mempengaruhi dan mendapat pengikut, dalam penjabarannya memiliki
implikasi khusus dalam keberlangsungan tanggung jawab seorang pemimpin
diantaranya adalah:
o Kepemimpinan berarti melibatkan orang
atau pihak lain, yaitu para karyawan dan bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan
untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan
atau bawahan, tidak akan ada pemimpin.
o Seorang pemimpin yang efektif adalah
seseorang yang dengan kekuasaannya (his
of herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam
berbagai situasi.
o Kepemimpinan harus memiliki kejujuran
terhadap diri sendiri (integrity), sikap
betanggung jawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (gnosis), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment),
kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun
organisasi.
Telah
kita kenal berbagai macam
prosesi kepemimpinan disetiap institusi, namun perlu halnya kita ketahui akan
hakikat dari kepemimpinan itu adalah:
Pertama,
tanggung jawab, bukan keistimewaan.
Masih disayangkan jabatan seorang pemimpin
menjadikannya lupa akan hakikatnya di bumi ini, sehingga tanggung jawab yang
harus diemban berubah menjadi sebuah keistimewaan dengan bergelimang harta.
Kedua, pengorbanan,
bukan fasilitas. Seorang pemimpin yang memiliki integritas terhadap dirinya
untuk rela mengorbankan hak milik demi kesejahteraan rakyat. Serta merta
menggunakan fasilitas yang memfasilitasinya sesuai dengan kebutuhan.
Ketiga, kerja
keras, bukan berpangku tangan. Setiap orang memiliki kehidupan yang pasang
surut, jika ia berusaha gigih untuk mencapai misinya, maka ia akan berada pada
titik pencapaian misi itu begitupun sebaliknya. Pemimpin bukan berarti ia telah
masuk area peristirahatan, melainkan kedudukan seorang pemimpin adalah awal
dari kesuksesan yang ia raih.
Keempat,
melayani bukan sewenang-wenang. Maukah kamu menjabat sebagai seorang pelayan?
Tidak. Jelas, mayoritas warga Negara tidak suka dengan predikat sebagai
pelayan, tapi mengapa mereka tetap saja memperebutkan kedudukan sebagai seorang
pemimpin? Yang jelas, pemimpin adalah pelayan bagi negaranya. Inilah gambaran
yang menimbulkan banyak pertanyaan bagi masyarakat.
Kelima, keteladanan
atau kepeloporan, bukan pengekor. Akhir dari hakikat ini yang menjadi pokok
perubahan yang akan didapatkan seorang pemimpin, jika ia mampu memberi
keteladanan ataupun mempelopori keberlangsungan kekuasaan yang diemban, tanpa
harus menjadi penguntit ditengah-tengah pemerintahannya. Ia harus berani untuk
mencoba ide-ide yang menjadi langka dalam kepemerintahan seorang pemimpin. Dan
perlu diingat, orang yang sukses akan melihat
kekurangan dirinya, dan berupaya untuk mengubah peradaban dunia dalam
pola kepemimpinannya.
id.linkedin.com |