MAKALAH
AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU
Makalah
ini diajukan sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah Tafsir 1
Dosen Pembimbing:
Drs. H. Bakir Muzanni M.Pd.I
Disusun Oleh:
Rif'atul Khoiriah M
Umiatul Hasanah
Fifin Rizkiyatul H
Nurul Istiqomah
Farida Hidayati
Lailatul Arifah
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL
JADID
PAITON PROBOLINGGO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
al-Qur’an adalah sebagai pedoman ummat
Muslim dalam melakukan syari’at islam, dengan adanya kita dapat menilik kembali
kisah-kisah terdahulu sebagai tolak ukur untuk mengambil langkah. Selain itu
al-Qur’an berperan sebagai penerang bagi manusia sepanjang zaman. Sebagaimana
kita ketahui dalam firmannya:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (AL-Qur’an) ini tidak ada kerguan padanya, petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa”
Kitab
al-Qur’an yang telah menjadi pedoman ummat Muslim yaitu agama islam,
sesungguhnya dalam agama ini Allah telah menjanjikan berbagai kemenangan untuk
meninggikan derajat mereka. Dan Allah menegaskan dalam kitab-Nya akan kemuliaan
kaum Mu’min dengan adanya penyerangan-penyerangan dari kaum Musyrikin.
B. Rumusan
Masalah
1) Bagaimana mengkaji pengertian dari ayat-ayat al-Qur’an yang
meliputi:surat ali Imron 138-139,
Al-Fath 28, Al-Hajj 41, adz-Dzariat 56?
2) Bagaimana cara menafsirkan
ayat-ayat tersebut?
3) Berikan kesimpulan dari pemahamam ayat-ayat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat
Ali-imron 138-139
1. Ayat 138-139
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ
لِلْمُتَّقِينَ (138) وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْن
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139)
Artinya:
“inilah (al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk
semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa (138) Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih
hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.[1]
2.
Daftar Mufrodats
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia
|
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ
|
Petunjuk
|
وَهُدًى
|
dan pengajaran
|
وَمَوْعِظَةٌ
|
bagi orang-orang yang bertakwa
|
لِلْمُتَّقِينَ
|
dan janganlah kamu merasa lemah
|
وَلَا تَهِنُوا
|
dan janganlah pula kamu bersedih hati
|
وَلَا تَحْزَنُوا
|
padahal kamu adalah orang yang paling tinggi
(derajatnya)
|
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْن
|
jika kamu (benar-benar) beriman
|
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
|
3. Analisis dan Munasabah
Ayat
Al-Qur’an ini adalah penerang bagi manusia secara
keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan telah jauh berlalu, yang
manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya jika
tidak akan penerangan (penjelasan) yang menunjukannya. Akan tetapi,
hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya,
mendapatkan pelajarn dari padanya, mendapatkan manfaat dan menggapai
petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” yaitu orang-orang
yang bertaqwa.[2]
Hal ini sesuai dangan firman
Allah Surat Al-Baqarah ayat 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (AL-Qur’an) ini tidak ada kerguan padanya, petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa”
Selain itu Rasulullah bersabda:
عَنْ مَالِك
أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ
وَسُنَّةَ نَبِيِّه
“Dari
Imam Malik, beliau menyampaikan sesungguhnya Rasullah SAW Bersabda: “Aku telah
meninggalkan kepada kalian dua perkara, kamu takkan pernah tersesat selama
kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah
Nabi.”[3]
Surat Ali Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk
mempelajari sunnatullah atau yang biasa disebut oleh seorang ilmuwan yang
bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum kemasyarakatan/alam/materi.
Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum yang
bersifat umum dan pasti, tidak ada satu pun, di negeri manapun yang dapat
terbebaskan dari sanksi bila melanggarnya. Manusia yang tidak bisa membedakan
antara yang halal dan haram, yang baik dan buruk, mereka akan terbentur oleh
malapetaka, bencana dan kematian. Ini semata-mata adalah sanksi otomatis,
karena kepunahan adalah akhir dari mereka yang melanggar hukum-hukum alam.
Tiadk heran hal ini diungkap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengatur kehidupan
masyarakat dan berfungsi mengubah masyarakat dan anggota-anggotanya dari
kegelapan menuju cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.
Pernyataan Allah: (Al-Qur’an)
Ini adalah penjelasan bagi manusia juga mengandung makna bahwa Allah tidak akan
langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Karena
terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan peringatan (Hidayah-Nya)[4]
Melalui ayat 149, Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang
menguraikan tentang adanya Sunnatullah atau hukum alam yang berlaku
kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum Muslimin tidak meraih kemenangan,
bahkan menderita luka dan banyak yang mati syahid, walaupun dalam perang Badar
mereka meraih kemenangan dan berhasil menawan dan membunuh sekian banyak lawan
mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah. Namun demikian,
mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah, menghadapi
musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati
akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau peristiwa lain yang serupa,
tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih baik. Padahal kamu adalah
orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah baik di dunia maupun
akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan kebenaran dan di akhirat karena
kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih hati sedangkan yang
gugur diantara kamu akan menuju surga dan yang luka akan mendapat luka akan
mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu (benar-benar) beriman, yakni
jika keimanannya benar-benar mantap dalam hatinya[5]
Maka dari itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan
bersedih hati atas apa yang menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah
orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu
hanya menyembah kepada Allah saja. Sedangkan mereka menyembah kepada selain
Allah. Maka jika kamu benar-benar beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya
dan tidak akan mersa sedih karena semua itu adalah sunnatullah yang bisa
ditimpakan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Akan tetapi, hanya kamulah
yang akan mendapat akibat (balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha
keras dalam menempuh ujian.[6]
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda:
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ
خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ
أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ
قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان
“Orang mu’min yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih
dicintai oleh Allah daripada orang mu’min yang lemah dan didalam keduanya
terdapat kebaikan (karena sama-sama beriman), dan bersemangatlah atas apa-apa
yang akan bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah
kamu berputus asa dan jika kamu sedang mendapat
cobaan maka janganlah kamu mengatakan : “seandainya aku berbuat seperti
ini dan seperti itu” akan tetapi katakanlah “ini semua adalah kuasa Allah dan
merupakan kehendak-Nya” karena sesungguhnya mengandai-andai akan membuka
(pintu) godaan dari perbuatan syetan.”[7]
Dari penjelasan ayat di atas, kami dapatkan
berbagai peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Hal ini dapat kita jadikan
pelajaran karena musibah yang menimpa kaum muslimin dalam perang uhud adalah
karena mereka tidak memenuhi ketntuan-ketentuan yang ditetapkan Allah untuk
mencapai kemenangan. Dalam ayat ini kita sebagai ummat islam dilarang untuk
bersikap lemah dan kecewa,karena kita lebih tinggi derajatnya jika kita benar-benar
beriman.mengandung perintah untuk melakukan persiapan,
menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangat yang benar.,
di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita bisa meraih
keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, seta dapat mengembalikan
kerugian atau kegagalan-kegagalan yang telah diderita
B. Surat Al-fath 28
1. Ayat 28
هوالذي ارسل رسوله بالهدي ودين الحق ليظهره
علي الدين كله وكفي بالله شهيدا
Artinya:
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang hak agar dimenangkan-nya terhadap semua agama. Dan
cukuplah Allah sebagi saksi.”
2. Daftar Istilah dan Analisis Tiap Ayat.
Penggalan Ayat diatas memiliki ikatan dengan ayat-ayat sebelumnya.
Ketika kami mengkaji daftar istilah dari
ayat:
ليظهره علي الدين كله---Li Yuzhirahu ‘alad Dini Kullihi :
Penggalan ayat ini menjelaskan akan kuasa Allah, meninggikan agama
islam atas seluruh agama yang lain, baik agama yang benar maupun yang batil.
Al-Izhar pada asalnya berarti menjadikan sesuatu menonjol dan tampak bagi orang
yag melihat, namun kemudian tersebar penggunaanya dalam arti meninggikan.
Ayat ini menguraikan
pengetahuan Allah yang rinci mengenai segala sesuatu. Di sini timbul kembali
pertanyaan dalam benak kaum muslimin menyangkut mimpi Nabi ketika beliau berada
di Madinah sebelum berangkat ke Hudaybiyah.
Ketika itu beliau bersama sahabat- sahabatnya memasuki bait Al-haram dan berumrah dalam keadaan
aman. Di antara mereka ada yang mencukur seluruh rambut dan di antaranya ada
pula yang hanya memendekkan rambutnya saja. Maka hal itubeliau beritakan kepada
sahabat hingga mereka gembira dan menyangka, bahwa mereka dapat masuk ke Makkah
pada tahun itu. Maka tatkala mereka mengetahui tidak dapat memasuki kota Mekah,
maka hal itu menjadikan mereka bersedih hati. Karena mereka semua harus kembali
ke Madinah tanpa berumrah. Nah, ayat di atas menjelaskan apa yang terlintas
dalam benak kaum muslimin itu dengan menyatakan: sesungguhnya Allah bersumpah bahwa Allah pasti akan membuktikan kepada Rasul-Nya yakni Nabi Muhammad
saw. Tentang kebenaran mimpi yang
diwahyukan Allah kepadanya dengan
sebenarnya sesuai dengan keyataan yaitu bahwa
sesungguhnya kamu wahai sahabat-sahabat Nabi yang diajaknya ke Hudaybiyah pasti akan memasuki Masjidil al-Haram, insya
Allah kedaan aman, yakni ketika kamu memasukinya kamu tidak mrasa takut
dari siapapun kecuali kepada Allah.
Sebagian dari kamu akan memasukinya dengan
mencukurhabis rambutkepala kamu dan sebagian
lainnya memendekan rambut mereka
engan mengguntingnya sedang kamu untuk
masa datang juga tidak akan merasa takut walau
pelaksanaan umrah itu telah selesai. Sesungguhnya Allah mengetahui kebajikan
yang kamu raih akibat tertundannya pelaksanaan umrah kammu setahun lamanya,
maka demikian sekali lagi terbukti bazhwa Allah
mengetahui segala apa yang tidak kamu ketahui nseperti penge-Nya
tentang masa dan faktor-faktor yang mengundang kemenangan dan Dia menjadikan
yakni memberi kamu – sebelumnya yakni sebelum memasuki Masjid
al-Haram kemenangan yang dekat yaitukemenangan dalam perang khaibar dan
kemenangan-kemenangan dalam keberhasilan dakwah islamiah. Dia-lah tidak
ada selai-Nya yang mengutusRasul-Nya dengan membawa petunjuk yang
sempurnadan agama yang haq yang petunjuknya semua benar, informasinyapun
sesuai dengan kenyataan, agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama melalui
argumentasi-argumentasinya yang sangat akurat serta jumlah ummat-Nya yang
sangat besar. Dan cukuplah bagi Allah sebagai saksi menyangkut hal ini.
Dari penafsiran ayat di atas Allah menekankan kalimat ( ا نشاء الله)insya Allah/jika dikehendaki
Allah yang merupakan firman-Nya dalam konteks memasuki Masjid al-Haram
–kalimat itu merupakan isyarat bahwa tidak ada sesuatu yang dapat membebani
Allah dengan suatu kewajiban. Semua terlaksana atas kehendak-Nya yang mutlak-
yakni kalau Dia berkehendak. Di sisi lain ini merupakan pengajaran kepada
manusia tentang “keharusan” mengucapkan insya Allah – walau yang
bersangkutn telah yakin sepenuhnyatentang rencana yang akan dia lakukan. Allah
sendiri yang tidak tehalangi oleh apapun mengucapkan insya Allah apalagi
makhluk yang memiliki aneka kelemahan dan yang wujud rencananya berhubungan
dengan aneka sebab, sebagian besar diantaranya beradadi luar kekuasaan dan
kemampuan sang makhluk. Di sisi lain, perlu diingat bahwa kalimat insya
Allah, di samping diucapkan dalam arti syarat sehingga apa yang
direncanakan bersyarat dengan kehendak Allah, dapat juga diucapkan dalam rangka
“keberkahan”. Sehingga walau Anda bertekad untuk melakukan sesuatu, Anda tetap
harus mengucapkannya,dalam konteks memperoleh keberkahan.
Kesedihan yang dialami kaum muslimin sempat ditampik oleh perkataan
orang-orang munafik. Mereka berkata: “Manakah mimpi yang dilihat Muhammad
itu.?” Maka Allah Ta’ala pun menurunkan ayat ini, dengan maksud akan
dimenangkannya kaum muslim dalam janji Allah, melalui firmannya. Dan
sesungguhnya Allah pasti membuktikan kepada rasul-Nya Muhammad saw.kenenaran
mimpinya yang telah Dia perlihatkan kepadanya bahwa dia memasuki bersama
sahabat-sahabatnya Baitul Haram dalam keadaan aman tidaka merasa takut kepada
orang-orang musyrik. Namun Allah SWT, mengetahui di Mkah itu
terdapatorang-orang mukmin laki-laki maupun perempuan yang tidak diketahui oleh
orang-orang mukmin yang lain dan sekiranya mereka memasuki kota tersebut pada
tahun ini niscaya mereka akan menginjak mereka dengan kuda atau dengan kaki
mereka, sehingga karenanya mereka akan mendapatkan cela tanpa mereka
mengetahui. Oleh karena itu, Allah mencegah mereka dari kota Mekah dengan
alasan tersebut. Dalam hala ini. Thabathaba’i memahami firman-Nya: “maka
Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan Dia menjadikan sebelumnya,
kemenangan yang dekat”. Dalam artiAllah lebih mengetahui maslahat dalam
maksudnya kamu ke Masjid al-Haram dalam keadaan aman – pengetahuan – yang kamu
tidak ketahui, karena itu Yang Maha Kuasa mmenjadikan sebelum kamu memasuki
kota Mekah ialah satu fath/kemenangan yakni melalui perjanjian
Hudaybiyah. Dengan jalan inilah, kaum muslim akan lebih mudah memasuki Mekah
tanpa ada peperangan. Dalam mimpi Muhammad Allah telah membuktikan
kebenarannya. Dengan cara Allah menundanya dan mendahulukan kemenangan dalam
Perjanjian Hudaibiyah agar kamu dapat memasukinya, karena Allah mengetahui
bahwa kamu tidak dapat masuk dengan aman kecuali melalui proses perjanjian
hidaibiyah.
Firman-Nya: (كفي با لله شهيدا
) kafa bi Allahi syahidan/cukuplah
Allah sebagai saksi, kesaksian-Nya itu antara lain melalui
mukjizat-mukjizat al-Qur’an yang ditantangkan kepada manusia dan yang ternyata
mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Pemaparan mukjizat serupa dengan
firman Allah: “sungguh benar hamba-Ku yang menampilkan mukjizat ini.”
Dan lafadz (الهدي) al-huda dapat
dipahami dalam arti petunjuk al-Qur’an dan (دين الحق)
din al-haqq/agama yang benar adalah yang lebih umum dari petunjuk
al-Qur’an yaitu tuntunan Rasul saw. Bisa juga al-huda dipahami dalam
arti prinsip-prinsip ajaran agama yaknu akidah dan akhlak, sedang din
al-haqq adalah ketetapan-ketetapan hukum agama. Demikian ibnu ‘Asyur
mengungkapkan.
Sayyid Quthub mengomentari firman-Nya: (ليظهره
علي الدين كله) liyuzhhirahu ‘ala ad-din kullih(i)/ agar dimenangkan-Nya
terhadap semua agama, bahwaagama Allahtelah berjayabukan saja di jazirah
Arab, bahkan di seluruh persada dunia sebelum berlalu setengah abad dari
turunnya yat ini. Agama ini berjaya di Persia, pada masa imprium persia, dan
dalam wilayah yang cukup luas pada masa imperium kaisar Romawi. Demikian juga
di India, Cina, Asia Tenggara, di Melayu dan Indonesia. Wilayah-wilayah
tersebut adalah bagian terpenting daripersada bumi ini sejak abad ke enam dan
pertengahan abad ke tujuh Masehi.
Dari penjelasan-penjelasan ayat di atas telah terbukti janji Allah
sungguh nyata, tidak ada yang dapat melampaui atas pengetahuan Allah Sang
Pencitayang tahu segala yang ada di Bumi dan langit. Begtupun Allahlah yang
menjadi saksi atas apa yang telah Dia janjikan, yaitu meluhurkan agama-Nya atas
semua agama apa pun yang lain tanpa diragukan lagi.
C. Surat Al-hajj 41
AL
HAJJ AYAT 41
الذين ان مكنهم في الارض اقامو االصلوة واتواالزكوة وامروابالمعروف
ونهواعن المنكر.
Artinya:
“orang_orang yang jika kami teguhkan kedudukan di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan sholat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali
segala urusan”.
- Asbabun
Nuzul
Ketika kaum musyrikin mulai melancarkan penindasan terhadap
Rasulullah dan para sahabat maka diantara para sahabat ada yang hijrah ke
habasyah dan ada yang ke madinah. Bahkan tidak jarang diantara mereka disiksa
dan dibunuh. Ketika Rasulullah SAW telah menetap di Madinah maka kota itu
menjadi kota muslim yang aman sentosa dalam kondisi yang seperti itu, maka
Allah SWT menurunkan Q.S. Al-hajj : 41 ini sebagai perintah untuk berjihad
menghancurkan kaum musyrikin dan Allah akan selalu melindungi serta memberikan
pertolongan kepada kaum muslimin.
Ayat ini juga diturunkan sehubungan Umar bin Affan dan kawan-kawan
dari kalangan sahabat Nabi yakni mereka selalu mendirikan sholat,menunaikan
zakat dan amar makruf nahi mungkar dan
hanya kepada Allah mereka bertawakkal, rela berjuang demi agama.
- Tafsir
Mufrodat
Al-makruf : sesuatu yang baik menurut pandangan umum masyarakat
selama sejalan dengan Al-Khoir.
Al-mungkar : sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu masyarakat serta
bertentangan dengan nilai-nilai Illahi.
Adapun Al-makruf yang merupakan kesepakatan umum masyarakat ini
sewajarnya di perintahkan, demikian juga Al-mungkar seharusnya dicegah.
Dengan konsep makruf, Alqur’an membuka pintu yang cukup lebar, guna
menampung perubahan nilai-nilai dari perkembangan positif saja dalam masyarakat
bukan untuk perkembangan negatifnya. Adapun mungkar yang pada gilirannya dapat mempengaruhi
pandangan tentang muruah, identitas dan integrita seseorang. Maka sangat tepat
khususnya pada era yang ditandai oleh pesatnya informasi serta tawqaran
nilai-nilai untuk selalu mempertahankannilai lama yang baik dan mengambil nilai
baru yanhg lebih baik.
- Isi/kandungan
Dalam ayat-ayat Allah mengetengahkan bahwa kaum musyrikin
menghalang-halangi manusia dari memeluk agama Allah (islam).
ان الله يدافع عن الذينن اامنوا
Sesungguhnya Allah melindungi hambanya yang bertawakkal dan kembali
kepada-Nya dari kejahatan orang-orang jahat dan tipu daya orang-orang durhaka,
memelihara dan menolong mereka atas musuh, serta menuliskan kemenangan mereka
atasnya. Sebagaimana firmanNya :
ان لننصررسلنا والذ ين امنوا
“Sesungguhnya
Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman”.
Allah mensyari’atkan kepada
kaum mu’min untuk berperang setelah hijrah ke madinah, karena ketika mereka
berada di makkah, jumlah kaum musyrikin lebih banyak dibanding kaum mukminin,
sehingga mereka diusir dari makkah, serta bermaksud untuk membunuh Nabi.
Merekapun sebagian ada yang berhijrah ke habsyah dan yang lain ke madinah.
Setelah Rasulullah dan para pengikutnya datang di madinah, penduduk
madinahpun bersatu dengan beliau dan bangkit membela beliau dan negerinya (madinah) yang menjadi negeri islam dan benteng
pertahanan mereka.
Firman Allah yang menunjukkan disyari’atkannya berperang :
اذ ن للذ ين يقا تلون بانهم ظلمواوان الله على نصرهم لقد ير
“Telah Kami izinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi
karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnhya Allah benar-benar
Maha kuasa menolong mereka itu. (Al-Hajj : 39)
Dan juga disebutkan dalam( Q.S. Muhammad : 4) :
فاذالقيتم اللذ ين كفروافضربب الرقا ب حتى اذاثخخنتموهم فشد واالوثاق
فامامنابعدواما فداءحتى تضع الحرب اوزارها
“Apabila
kalian bertemju dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah
batang leher mereka sehingga apabila kalian telah mengalahkan mereka, maka
tawanlah mereka dan sesudah mereka atau menerima tebusan sampai perang
berhenti. (Muhammad :4)
Adapun maksud dari Q.S. Al-hajj :39, mereka yang dianiaya
orang-orang yang diusia oleh kaum musyrikin dari makkah ke madinah sebagian
disiksa dan sebagian yang lain ditawan, tanpa kejahatan dan tanpa dosa yang mereka perbuat, kecuali
karena mereka menyembah Allah semata, tidak sekutu bagiNya.
Orang-orang yang diusir dari kampong halamannya ialah orang-orang
yang apabila kami meneguhkan kedudukan mereka didalam negeri, lalu mereka
mengalahkan kaum musyrikin dan mereka taat kepada Allah, mendirikan sholat
seperti yang di perintahkan kepada mereka, mengeluarkan zakat harta yang telah
diberiakn kepada mereka, menyeru manusia untuk mentauhidkan Allah dan taat
kepadaNya, serta menyuruh orang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh syari’at
dan melarang melakukan kemusyrikan serta kejahatan.
Dengan demikian mereka itu tergolong orang-orang yang
menyempurnakan dirinya dengan menghadirkan tuhan dan menghadapkan diri
kepadanya didalam sholat menurut
kemampuannya, dan mereka menjadi penolong bagi umat-umat mereka dengan
menolong orang-orang kafir dan yanhg butuh pertolongan diantara mereka.
Disamping itu mereka menyempurnakan orang lain dengan memberikan sebagian ilmu
dan adabnya serta mencegah berbagai kerusakan yang menghambat orang lain untuk
mencapai akhlak dan adab yang luhur.
- Munasabah
Persesuaian surat Al-hajj:39 yaitu dengan Surat Al-mukminin:1-5
yang mana sebagai berikut:
1. Surat Al-hajj,
orang-orang mukmin mendirikan sholat, menunaikan zakat, mengerjakan aneka rupa
kebaikan agar mendapat keberuntungan ,sedang permulaan surat al-mukminin
menegakkan bahwa orang-orang mukmin bila mereka betul-betul mengerjakan apa
yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarangNya seperti Zina pasti
mendapat keberuntungan.
2.
Sama-sama
mengemukakan bukti-bukti adanya Allah dan keesaanNya.
Adapun Kesimpulan yang kamu terima dari ayat ini ialah:
1.Allah pasti akan membela orang-orang yang beriman,mengerjakan
amal saleh dan membela agama Allah.Allah tidak menyukai orang-orang yang
khianat dan mengingkari nikmat Allah.
2.Allah mengijinkan kaum muslimin berperang adalah untuk
mempertahankan diri dan menghapuskan perbuatan zalim yang dilakukan orang-orang
kafir terhadap mereka.Izin berperang ini terdiri dari tiga tahap,yaitu izin
perang karena dizalimi,perintah perang untuk bela diri secara terbatas,dan
perintah perang apabila diperangi.
3.Kaum meslimin yang diperangi oleh kaum musyrik itu,bukanlah
karena kejahatan yang telah mereka lakukan,tetapi semata-mata karena menyembah
Tuhan Yang Maha Esa.
4.Izin berperang itu diberikan untuk menolak keganasan orang-orang
kafir yang telah berusaha merobohkan rumah-rumah ibadah ,yang didalamnya
disebut dan diagungkan asma Allah.
5.Allah pasti menolong oramg-orang yang membela agama-Nya.
6.Orang-orang yang beriman itu jika diberi kekuasaan dimuka
bumi,mereka tidak akan berlaku sewenang-wenang,mereka mendirikan
salat,menunaikan zakat,menyuruh orang berbuat makruf dan mencegah orang
melakukan perbuatan-perbuatan mungkar.
(Al-qur’an dan
tafsirnya jilid 6,Jakarta,Departemen agama RI Tahun 2009,Lembaga percetakan
Al-qur’an Departemen Agama).
D. Surat Adz-Dzariat 56
وما خلقت الجن والانس الاليعبدون (سورة الذاريات:56)
Artinya:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk
mengabdi kepada-Ku.”(Adz-Dzriat:56)
Dalam ayat ini menjelaskan mengapa manusia harus bangkit berlari
dan bersegera menuju Allah. Ayat di atas menyatakan: Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali kepada diri-Ku.
Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau kesudahan
aktifitas mereka adalah beribadah kepada-Ku.
Penekanan dalam ayat di sisni adalah semata-mata untuk beribadah
kepada-Nya. Dan ayat ini adalah penekanan lanjutan dari ayat sebelumnya, yaitu
supaya Rasulullah saw meneruskan memberi peringatan. Sebab peringatan akan
besar manfaatnya bagi orang yang beriman. Sehingga turunlah ayat ini, sebagai
pengingat untuk beribadah kepada-Nya. Apabila seseorang telah mengakui
keimanannya maka tidak mustahil baginya melakukan hal-hal yang menyangkut
pengabdian kepada-Nya, dia akan merasa sgala pekerjaan yangdilakukan di bumi
ini, tidak lain sebagai ibadah lillah. Sehingga ia akan merasa rugi bila
menyisakan waktu dengan kegiatan yang tidak berguna.
Menilik penjelasan istilah ayat di atas dalam penyebutan kata (الجن) al-jinn/jin dari kata (الانس) al-ins/manusia karena memang jin
lebih dahulu diciptakan Allah dari pada yang manusia.
Huruf (ل) lam pada kata
(ليعبدون) li ya’budun bukan berarti agar
supaya mereka beribadah atau agar Allah disembah. Huruf lam di sini
sama dengan huruf lam pada firman-Nya: (فا
لتقطه ءال فرعون ليكون لهم عدواوحز نا) faltaqathahu alu fir’auna liyakuna lahum
‘aduwwanwa hazanan (QS. Al-Qashash:8). Bila huruf lam pada kata liyakun
dipahami dalam arti agar supaya, maka ayat di atas berarti: maka
dipungutlah dia oleh keluarga Fir’aun agar supaya dia Musa yang dipungut
itu menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.
Memang tidak mungkin huruf lam ituberarti agar supaya,
karena tentu tidak ada yangmengambil dan memelihara musuhnya. Tujuan Fir’aun
ketika menyetujui usul istrinya agar mengambil Musa adalah agar menjadi
penyejuk mata mereka, serta untuk memanfaatkan dan menjadikannya sebagai anak.
Tetapi kuasa Allah menjadikan musuh memelihara musuhnya sendiri.
Huruf lam pada kata (ليكون)
liyakuan pada ayat al-Qashash tersebut demikian juga pada kata (ليعبدون) li ya'budun pada ayat di atas
dinamai oleh pakar bahasa lam al-aqibah, yakni yang berarti kesudahan
atau dampak dan akibat sesuatu.
ibadah bukan hanya sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia
adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat
adanya rasa keagungan dalam jiwa
seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ia juga merupakan dampak
dari keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang
tidak terjangkau arti hakikatnya.[8]
Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdhah) dan ibadahtidak
murni (ghairu mahdhah. Ibadah mahdhahadalah ibadah yang telah
ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat,
puasa, dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan
batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hubungan
seks pun dapat menjadi ibadah, jika itu dilakukan sesuai tuntunan agama. Nah,
ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menghendaki agar segala aktivitas manusia
dilakukannya demi karena Allah yakni sesuai dan sejalan dengan tuntunan
petunjuk-Nya.
Dari Thabathaba’i menulis: “jika Anda berkata bahwa
menjadikan lam pada kata li ya’budun sebagai bermakna agar supaya/tujuan, maka itu berarti tujuan
ibadah adalah Allah menciptakan manusia dan tentu mustahil tujuan yang
dikehendaki-Nya tidak tercapai. tetapi dalam kenyataan banyak sekali yang tidak
beribadah kepada-Nya. Ini adalah bukti yang sangat jelas bahwa huruf lam pada
ayat di atas bukan dalam arti agar supaya atau mengandung makna
tujuan, atau kalaupun ia mengandung makna tujuan maka yang dimaksud
dengan ibadah adalah ibadah dari segi penciptaan (bukan dari segi
taklif/pembebanan tugas) seperti firman-Nya: “Dan tak ada suatupun melainkan
bertasbih dangan memuji-Nya”. (QS.ai-Isro’:44). Atau yang dimaksud dengan menciptakan
mereka untuk beribadah adalah menciptakan mereka memiliki potensi untuk
beribadah yakni menganugrahkan mereka kebebasan memilih, akal dan kemampuan.
Ini sering kali digunakan oleh pengguna bahasa seperti menyatakan: “kerbau
diciptakan untuk membajak, atau rumah untuk dihuni.”
Dari penuturan Thabathaba’i, tentang keberatannyadalam
menjelaskan lam ditangkis oleh ulama’ lain. Dia menulis bahwa realita
sesungguhnya, banyak sekali yamg tidak beribadah kepada-Nya – dapat dibenarkan
bahwa yang dimaksud dengan alif dan lam yang kata (الجن والانس) al-jinn wa al-ins/jin dan manusia
adalah alif dan lam yang berarti lil istghroq (kesemuanya
tanpa terkecuali). Sebenarnya ia bukan lil istighraq tetapi lil jins
sehingga adanya sebagian dalam jenis kedua makhluk itu yang beribadah sudah
cukup untuk menjadikan tujuan penciptaan mereka adalah beribadah, walau
sebagian yang lain tidak beribadah. Sebagaiman Allah SWT mempunyai tujuan
dalam penciptaan-Nya bagi jenis manusia sebagaimanpun Dia mempunyai tujuan bagi
setiap anggota jenis itu.
Selanjutnya Thabathaba’i berpendapatbahwa menjadikan makna ibadah
pada ayat di atas dalam arti ibadah takwiniyah (bukan dari segi taklif),
maka inipun tidk tepat karena itu adalah sikap semua makhluk. Denngan demikian
tidak ada alasan untuk menjadikan ayat di atas menetapkan tujuan tersebut hanya
bagi jin dan manusia, apalagi kontteks ayat ini adalah kecaman
kepada kaum misyrikin yang enggan beribadah kepada Allah dengan mematuhi
syari’at-Nya. Ayat ini dikemukakan dalam konteks ancamanperhitungan Allah
serta balasan dan ganjaran-Nya, dan itu semua berkaitan dengan ibadah
taklifiyah yang disyariatkan bukan takwiniyah. Di konteks ini Thabathaba’i
menjelaskan bahwa ibadah yang dimaksudadalah kehadiran di hadapan
Allah Rabbul ‘Alamin dengan kerendahan diri dan penghambaan kepada-Nya, serta
kebutuhan sepenuhnya kepada Tuhan Pemilik kemuliaan mutlak, dan kekayaan murni,
sebagaimana dipahami dalam firman-Nya:
قل ما يعبا بكم ربي لو لا دعاؤكم
(سورة الفرقان :77 )
Artinya:
“Katakanlah: “Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, tanpa ibadah
kamu.”(QS. al-Furqan: 77). Hakikat ibadah
adalahmenempatkan diri seseorang dalam kedudukan kerendahan dan ketundukan
serta mengarahkannya ke arah maqam Tuhannya.
Dari ayat di atas,
sangat singkat namun mngandung hakikat makna yang agung. Manusia tidak akan
dapat hidup tanpa menyadari maksud atau pun tujuandari apa kehidupan itu. Baik
kehidupan pribadi maupun kolektif. Begitu jelas tentang penegasan ayat di atas
agar kita beribadah kepadaAllah sebagai penghamaan kepada-Nya.
Adapun hakikat ibadah
mencakup 2 hal. Pertama: Kemantapan makna penghambaan diri kepada
Allah dalam hati setiap insan.kemantapan perasaan bahwa ada hamba dan ada
Tuhan, hamba yang patuh dan Tuhan yang disembah (dipatuhi). Tidak selain-Nya,
tiada dalam wujud ini kcuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua:
Mengarah kepada Allah dengan setiap kepada nurani, pada setiap anggota
badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya hanya mengarah kepada Allah secara
halus. Melepaskan diri dari segala makna selain makna penghambaan diri kepada
Allah.
Di dalam ayat ini,
sebagai peringatan kepada manusia, bahwa sadar maupun tidak dia pasti mematuhi
kehendak Tuhan. Maka jalan tang lebuh baik bagi manusia ilah menginsafi
kegunaan hidupnya, sehingga dia pun tidak merasa kberatan lagi mengerjakan
berbagai ibadat kepada Tuhan.
Sesungguhnya
ibadat itu dimulai dengan IMAN. Yaitu percaya bahwa adaTuhan yang menjamin
kita. Percaya akan adannya Allah ini sja, sudah jadi dsar pertama dari hidup
itu sendiri. Maka iman yang tumbuh itu, wajib dibuktikan dengan amal shalih,
yaitu perubatan yang baik. Ketahuilah Iman dan Amal shalih inilah pokok ibadat.
Ayat-ayat yang
kami analisis ini, sesungghnya memiliki pertalian denngan ayat-ayat sebelumnya.
Sebagai penjelas akan kewajiban bagi ummat-Nya menjalankan Dakwah di jalan
Allah tanpa henti, meskipun telah dituduh sebagai penyihir atau orang gila.
Janganlah memperdulikan perkataan mereka, tetaplah kita bangkit menyebarkan
kebenaran dan memusnahkan kebathilan. Karna dakwah adala tugas utama kita
sebagai ummat Muslim, tak lain dari itu, kewajiban dari beribadah merupakan
pertalian antara dakwah. Dimana kita diperintahkan untuk beribadah, contoh
melalui dakwah. Tanpa kita sadari, telah mengabdikan diri kepada Yang Maha Esa
dengan menyiarkan agama yang benar. Gunakanlah hidup yangsingkat ini dengan
perbuatan shalih walau tidak dapatsesempurna Nabi, kita telah berusaha mengisi
hidup kita dengan Iman dan Amal shalih (shadaqah jariyah) yang akan
abadi sepanjang zaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari penjelasan ayat Ali imron di atas, kami dapatkan berbagai
peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Hal ini dapat kita jadikan pelajaran
karena musibah yang menimpa kaum muslimin dalam perang uhud adalah karena
mereka tidak memenuhi ketntuan-ketentuan yang ditetapkan Allah untuk mencapai
kemenangan. Dalam ayat ini kita sebagai ummat islam dilarang untuk bersikap
lemah dan kecewa,karena kita lebih tinggi derajatnya jika kita benar-benar
beriman.mengandung perintah untuk melakukan persiapan,
menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangat yang benar.,
di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita bisa meraih
keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, seta dapat mengembalikan
kerugian atau kegagalan-kegagalan yang telah diderita.
2. Dari
penjelasan-penjelasan ayat di atas telah terbukti janji Allah sungguh nyata,
tidak ada yang dapat melampaui atas pengetahuan Allah Sang Pencitayang tahu
segala yang ada di Bumi dan langit. Begtupun Allahlah yang menjadi saksi atas
apa yang telah Dia janjikan, yaitu meluhurkan agama-Nya atas semua agama apa
pun yang lain tanpa diragukan lagi.
3. Allah
pasti akan membela orang-orang yang beriman,mengerjakan amal saleh dan membela
agama Allah.Allah tidak menyukai orang-orang yang khianat dan mengingkari
nikmat Allah.
Allah
mengijinkan kaum muslimin berperang adalah untuk mempertahankan diri dan
menghapuskan perbuatan zalim yang dilakukan orang-orang kafir terhadap
mereka.Izin berperang ini terdiri dari tiga tahap,yaitu izin perang karena
dizalimi,perintah perang untuk bela diri secara terbatas,dan perintah perang
apabila diperangi.
Kaum
muslimin yang diperangi oleh kaum musyrik itu,bukanlah karena kejahatan yang
telah mereka lakukan,tetapi semata-mata karena menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
4.Izin
berperang itu diberikan untuk menolak keganasan orang-orang kafir yang telah
berusaha merobohkan rumah-rumah ibadah ,yang didalamnya disebut dan diagungkan
asma Allah.
5.Allah
pasti menolong oramg-orang yang membela agama-Nya.
6.Orang-orang
yang beriman itu jika diberi kekuasaan dimuka bumi,mereka tidak akan berlaku
sewenang-wenang,mereka mendirikan salat,menunaikan zakat,menyuruh orang berbuat
makruf dan mencegah orang melakukan perbuatan-perbuatan mungkar.
DAFTAR PUSTAKA
·
Mushthafa Ahmad Al-Maraghi. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 26. (Mesir:
Mustafa Al-Bab Al-Halabi). Toha Putra. Semarang, 1993.
·
Hamka. Tafsir
Al-Azhar
juz IV. Pustaka Panjimas. Jakarta, 1983.
·
Quraish M. Shihab. Tafsir AL-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Lentera
Hati, Jakarta, 2002
·
Departemen Agama RI Tahun 2009.Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II (
Departemen Agama RI: Jakarta, 2009).
[1] Depertemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jilid II.
(Jakarta 2009.) hal. 47-48.
[2] Sayyid
Quthb, Dalam NaunganAl-Qur’an ( Fi Zhilalil Qur’an). Juz II (Jakarta:Gema
Insani Press,2001) hal. 167
[3] Malik
bin Anas, Al-Muwatha’. Juz V hal.371
[4] Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah. Juz II (Jakarta:Lentera Hati,2002)
hal.225
[5] Ibid hal.226-227
[6] Sayyid
Quthb, Op.Cit. hal.167-168
[7] Imam
Muslim, Shahih Muslim. Juz 13 Hal.142
[8] Tulis
Syaikh Muhammad ‘Abduh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar