MAKALAH
PERSEPSI SOSIAL
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas Matakuliah Ilmu dan Teori Komunikasi
Dosen
pembimbing:
H.M.Ilyas Rolis S.Ag, M.Si
Disusun Oleh:
Rif’atul
Khoiriah .Malik
FAKULTAS
DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NURUL JADID
PAITON
PROBOLINGGO
November 2012
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala puji syukur kepada Allah swt,
yang telah memberi rahmat
dan hidayahnya, kepada kita. Kami
mengucapkan alhamdulillah karena telah menyelesaikan apa yang sudah menjadi tanggung
jawab kami sebagai seorang pelajar, yakni menyelesaikan atau membuat makalah
dengan tema “Persepsi Sosial”.
Pertama-tama sholawat seiring salam
tetap kami panjatkan kepada nabi tercinta, atas keagungan Nabi Muhammad saw, yang telah
memberi kepintaran kepada ummatnya dari zaman kebodohan. Kedua kalinya saya
mengucapakan terima kasih kepada kedua orang tua, karena berkat dukungan
beliaulah, sehingga kami mampu menjalani semua tugas dan tetap sampai sekarang
dapat menimba ilmu dengan sungguh-sungguh. Dan tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pembina bapak Moh.
Ilyas Rolis. yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing, dan memberi pengarahan kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan amanah beliau dengan baik meskipun ada sedikit kekurangan.
Pada kesempatan kali ini kami akan
memaparkan sedikit dalam matakuliah
Ilmu dan Teori Komunikasi,
dengan tema yang telah saya sebutkan diatas. Harapan kami, Insya’allah,
materi-materi yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi kami
dan bagi teman-teman yang suatu saat akan membutuhkan materi ini. Karena itu kami dengan senang hati
mengharapakan kritik dan saran untuk perbaikan tanggungan sebagai seorang
mahasiswa khususnya kepada kami agar kedepannya bisa melaksanakan tugas dengan
baik. Kepada semua teman tercintaku yang telah ikut mendukung dan atas
partisipasinya bagi kami, kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................ i
Kata Pengantar.......................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Persepsi............................................................................. 3
1. Perhatian ........................................................................... 4
2. Factor
fungsional................................................................ 5
3. Factor
struktral................................................................... 5
B. Hakikat
Persepsi............................................................................ 6
1. Persepsi
merupakan kemampuan kognitif............................ 6
2. Peran atensi
dalam persepsi................................................ 6
C. Persepsi
social............................................................................... 7
1. Persepsi
berdasarkan pengalaman...................................... 7
2. Persepsi
bersifat selektif..................................................... 8
3. Persepsi
bersifat dugaan..................................................... 9
4. Persepsi
bersifat kolektif.................................................... 10
5. Persepsi
bersifat kontekstual.............................................. 10
D. Bias dalam
Persepsi Sosial............................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................ 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998:51), persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa dan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan-pesan yang muncul dan dipersepsi. Dapat berarti
pesan yang tersurat maupun yang tersirat.
Perkembangan pemikiran
yang dimiliki manusia modern, telah mengubah pandangan mereka terhadap sesuatu
yang tidak sesuai dengan persepsi yang mereka miliki. Dari pemaparan Jalaluddin
Rakhmat sebagaimana persepsi diambil dari sebuah pengalaman, memperjelas akan
kuatnya pemikiran manusia dalam mengingat masa lampau yang dibawa oleh alam
bawah sadar otak. Akan tetapi, persepsi yang dibuat berdasarkan pengalaman bisa
saja berubah dengan adanya perkembangan pemikiran seseorang. Sebagai contoh,
seseorang di tahun 2000 lebih mementingkan belajar menggunakan lampu minyak.
Akan lain halnya ketika Ia telah masuk di tahun 2012, Ia akan lebih memilih
belajar dengan menggunakan lampu neon.
Dapat kita
simpulkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Sebelum beranjak ke persepsi, awalnya terbentuk melalui pemaknaan dengan
adanya stimulus. Kemudian beranjak pada interpretasi yang berkaitan dengan
pengalaman yang dirasakan sebelumnya.
Manusia sebagai inti
komunikasi, akan cenderung menilai segala apa yang ada dalam lingkungannya.
Karna manusia bersifat emosional yaitu mengedepankan panca indranya dibanding
intuisi yang Ia miliki. Sebagaimana yang akan saya bahas dalam makalah ini,
tentang persepsi yang tercipta melalui pengalaman seseorang. Dan hakikat
persepsi maupun factor yang menunjang terjadinya persepsi itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan persepsi
dan sebutkan salah satu pandangan peneliti tentang persepsi!
- Sebutkan beberapa hakikat persepsi!
- Fakto-factor apa saja yang mempengaruhi
adanya persepsi?
- Apa yang dimaksud dengan persepsi social?
Dan jelaskan!
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui arti dari persepsi dan
mampu memaparkan penjelasan dari berbagai ahli yang mengartikan persepsi
sebagai suatu objek pengalaman.
- Untuk menjabarkan serta memahami hakikat
dari persepsi.
- Untuk mengetahui hasil dari factor-faktor
yang mempengaruhi persepsi.
- Untuk menjelaskan arti dari persepsi social secara teoritis maupun analisis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Persepsi
Dalam bahasa inggris, persepsi adalah perception, yaitu cara
pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir,
artinya persepsi berkaitan dengan factor-faktor eksternal yang direspon
melalui panca indra, daya ingat dan daya jiwa.
Dalam kehidupan manusia
sebagai individu, kesadaran pertama yang harus dikembangkan dan dijaga adalah
persepsi diri sendiri mengenai idealitas kedirian yang menimbulkan citra diri
dan harga diri. Sebuah gambaran awal yang diciptakan individu guna membangun
eksistensinya terhadap orang lain. Kemudian, citra diri yang telah dibangun oleh
kekuatan persepsi ini akan menjadi patokan mengenai pandangan eksternal,
terutama mengenai lingkungannya terhadap individu yang bersangkutan.
Dengan pemahaman
tersebut, persepsi dapat diartikan sebagai daya pikiran dan daya pemahaman individu
terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Daya tafsir dan daya
tafkir berada di dalam otak, dan diolah sedemikian rupa dalam merespon
berbagai stimulus.
Adapun pengertian
persepsi telah dikembangkan oleh para psikolog maupun peneliti yang diantaranya:
Menurut Jalaluddin
Rakhmat (1998:51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa dan
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan-pesan yang muncul dan dipersepsi. Dapat berarti pesan yang tersurat maupun
yang tersirat.
Menurut Ruch (1967:300), persepsi adalah suatu proses
tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan pengalaman masa lampau
yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang
terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.
Atkinson dan Hilgard
(1991:201)mengemukakan bahwa persepsi adalah proses menafsirkan dan
mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994:53),
menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan
oleh seorang individu. Dua pengertian di atas memiliki subtansi yang sama,
terutama berkaitan dengan proses pengolahan daya pikir manusia ketika menerima
rangsangan dari lingkungannya. Oleh karena itu, persepsi dan mempersepsi
merupakan kinerja sinergis antara otak dan responsibilitas dan antara
pengalaman eksternalitas dan stimulasi yang terdapat di dalamnya. Dengan kata
lain, stimulus dan respons yang saling berhubungan akan melahirkan persepsi.
Dan sebagai pemaknaan
persepsi di atas, dapat kita ketahui bahwasanya persepsi terbentuk malalui
pemaknaan yang diawali dengan adanya stimulus, lalu berinteraksi dengan
interpretasi. Setiap interpretasi yang muncul berdasarkan pada hasil seleksi
dan relasi dengan berbagai pandangan dari pengalaman yang telah dirasakan
sebelumnya.
persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Perepsi ialah memberikan
makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan
persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu,
menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga
atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Desiderato, 19776:129)
persepsi seperti juga
sensasi, ditentukan oleh factor personal dan factor situasional. David Krech
dan Richard S. Crutchfield (1997:235) menyebutkan factor fingsional dan factor
structural. Sebelum membahas lainnya marilah kita mulai dengan factor lainnya yang
sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian.
1.
Perhatian
“Perhatian
adalah proses mental ketika stimulasi atau rangkaian stimuli menjadi menonjol
dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah”.[1]
Perhatian
terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra yang lain.
Adapun perhatian terjadi dikarenakan beberapa factor yaitu eksternal
maupun internal. Sebagai contoh factor eksternal perulangan. Hal-hal
yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik
perhatian, di sini harus “familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu
dengan unsur “nevelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga
mengandung unsur sugesti: mempengaruhi alam bawah sadar kita. Bukan hanya
pemasangan iklan, yang mempopulerkan produk dengan mengulang-ngulang “jingles”
atau selogan.
2.
Factor Fungsional
Factor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang
termasuk apa yang kita sebut sebagai factor-faktor personal. Yang menentukan
persepsi bukan jenis atau stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan
respon pada stimuli itu.
Factor-faktor
fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai karangka rujukan.
Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan
persepsi objek. Para psikolog social menerapkan konsep ini untuk menjelaskan
persepsi social. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukkan bahwa
penelitian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek
yang dinilainya. Dalam rangkaian objek-objek yang berat, objek seberat 92 gram
dinilai “ringan”; sedangkan dalam rangkaian benda-benda ringan, objek yang sama
dinilai “berat”. Bila dilanjutkan pada persepsi social, kita akan melihat bahwa
besar-kecilnya pendapatan nilai dalam karangka rujukan penilaian.
3.
Faktor Struktural
Faktor-faktor stuktural
berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkan pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler
Wartheimer (1959), dan Kofka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat
structural. Prinsip ini, kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori
Gestalt, bila kita berpersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu
keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.
Pada persepsi sosial,
pengelompokan tidak murni structural; sebab apa yang dianggap sama atau
berdekatan oleh seorang individu tidaklah dianggap sama atau berdekatan oleh
individu yang lain. Di sini, masuk jugalah peranan kerangka rujukan Ahli
Zoologi menganggap kuda, manusia, dan ikan paus sebagai satu kelompok (sama-sama
mamalia). Kita melihat ketiganya berasal dari kelompok yang berlainan; kuda,
hewan darat; ikan paus, hewab laut; manusia, tentu bukan hewan.
Istilah persepsi biasanya
digunakan untuk mengungkapkan pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu
kejadian yang alami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap
sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan
pengamatan pengindraan. Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang
menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,
termasuk sadar akan diri kita sendiri.[2]
B.
Hakikat Persepsi
Dari berbagai pendefinisian persepsi di atas, kami menemukan
hakikat persepsi yang sesungguhnya, diantaranya:
1.
Persepsi merupakan kemampuan kognitif
Persepsi
ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan persepsi,
orang telah menentukan apa yang akan lebih diperhatikan. Setiap kali kita
memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinan kita akan memperoleh makna dari
apa yang kita tangkap, lalu menghubungannya dengan pengalaman di masa lalu, dan
dikemudian hari akan diingat kembali.
Proses
informasi mempunyai peran dalam persepsi, sebagaiman seseorang akan terus
membanding-bandingkan penglihatan, pendengaran akan informasi lainya, dengan
ingatan pengalaman lampau yang mirip. Seseorang akan dengan mudah menilai
seseorang melalui pengalamannya bersama orang tersebut. Disinilah proses
persepsi itu terjadi.
2.
Peran atensi dalam persepsi
Selama kita
dalam keadaan tidak tidur, maka sejumlah rangsangan saling berlomba menarik
perhatian kita. Biasanya, manusia dan hewan lainnya akan memilih mana yang
rangsangan tersebut paling menarik dan paling mengesankan. Keterbukaan kita
untuk memilih inilah yang disebut atensi atau perhatian.
Beberapa
psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saringan (filter), yang akan menyaring
semua informasi pada titik yang berbeda dalam proses persepsi. Sebaliknya,
psikolog lain berpendapat bahwa manusia mampu memusatkan atensinya terhadap apa
yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan, dengan secara aktif melibatkan diri
mereka dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling
bersaing.
Kelompok
psikolog sangat tertarik untuk mengetahui tempat atau titik di dalam proses
persepsi, di mana atensi memegang perannya. Dari hasil survey diajukan pendapat
bahwa atensi selalu aktif pada waktu tertentu, yaitu; mula-mula ketika menerima
masukan dari dugaan indra, kemudian ketika harus memilih dan
menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan respons
terhadap rangsangan tersebut.
Dari berbagai
penelitian telah menemukan bahwa, kebutuhan, minat dan nilai terbukti merupakan
pengaruh yang penting dalam persepsi. Yaitu sebagai pemberi arah bagi persepsi
orang.
C. Persepsi Sosial
Persepsi sosial
adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita
alami dalam lingkungan kita.[3]
Manusia sebagai pusat komunikasi, memiliki pemikiran dan penilaian tersendiri
terhadap apa yang Ia alami atau lihat. Oleh karena itu, manusia bersifat
emosional. Slalu mengedepankan perasaan ketimbang pemikiran yang mendasar.
Setiap orang
memiliki gambaran yang berbeda mengenal realitas disekelilingnya. Beberapa
prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan
persepsi sosial ini adalah sebagai berikut.[4]
1.
Persepsi berdasarkan pengalaman
Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mengenai realitas
(sosial) yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau
kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan
pembelajaran masa lalu mereka berkaitan dengan orang lain, objek atau kejadian
serupa. Cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang baik bagi kita, cara
kita makan dan menilai makanan apa yang lezat bagi kita. Cara kita bereaksi
pada seekor ular, atau mengukur kecantikan perempuan, sangat bergantung pada
apa yang telah diajarkan oleh budaya kita mengenal hal-hal itu.
Berdasarkan pengalaman terdahulu, maka seseorang dengan mudah
mempersepsi hal serupa dengan apa yang dilihatnya di masa lampau. Sebagaimana
yang saya ketahui, seseorang dibentuk dengan pengalaman tanpa mau mengubah
persepsi tentang sesuatu. Yang diamana sesuatu itu, mungkin saja telah
beradaptasi sesuai perkembangan zaman. Demikian halnya ketiadaan pengalaman
terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat seseorang menafsirkan
objek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.
Oleh karena kita terbiasa merespons suatu objek dengan cara
tertentu, kita sering gagal mempersepsi perbedaan yang samar dalam suatu objek
yang mirip. Kita memperlalukan objek itu seperti sebelumnya. Padahal terdapat
rincian lain dalam objek tersebut. Kita misalnya sering tidak melihat
kekeliruan ejaan yang terdapat dalam makalah yang kita tulis sendiri, namun lebih sering menemukan kesalahan ejaan
dalam makalah yang ditulis orang lain.
2.
Persepsi bersifat selektif
Atensi pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektifitas atas
rangsangan tersebut. Berikut adalah Faktor
internal yang mempengaruhi atansi: faktor biologis (lapar, haus dsb).;
faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat dsb). Dan faktor-faktor
budaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status
sosial, kebiasaan dan bahkan faktor-faktor psikologis seperti kemauan,
keinginan, motivasi, pengharapan dsb. Semakin besar aspek-aspek tersebut secara
antarindividu, semakin besar perbedaan persepsi mereka mengenai realitas.
Sebagai contoh, emosi sangat jelas mempengaruhi persepai kita.
Ketika kita sedang bahagia, dalam mendapatkan hasil ujian yang sangat
memuaskan, maka apapun yang kita hadapi saat itu meski sangat pelik akan kita
tanggapi denga hati bahagia juga. Karna dalam keadaan bahagia kita cenderung
lebih berpandang positif maupun sebaliknya. Maka apapun yang kita persepsi
adalah sebagaimana yang kita alami sekarang.
Adapun Faktor eksternal yang
mempegaruhi atensi: yakni atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti
gerakan, intensitas, kontras, kebaruan dan perulangan objek yang dipersepsi.
Suatu objek yang bergerak lebih menarik perhatian dari pada objek
yang diam. Itu sebabnya kita lebih menyenangi televisi sebagai gambar bergerak dari
pada komik sebagai gambar diam. Suatu rangsangan yang intensitasnya menonjol
juga akan menarik perhataian. Objek apapun itu yang lebih menonjol diantara
lingkungannya akan menjadi pusat perhatian, ketimbang intensitas yang
biasa-biasa saja.
3. Persepsi bersifat dugaan.
Data yang kita peroleh dari pengindraan, tidaklah lengkap. Oleh
karena itu kita akan meloncati suatu kesimpulan. Inilah persepsi yang bersifat
dugaan dan memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih
lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Ketahuilah informasi yang lengkap
tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan
berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat pengindraan itu. Kita harus
mengisi ruang yang kosong pada gambar itu dan menyediakan informasi yang
hilang. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan
informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu
skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu makna
yang lebih umum.
4. Persepsi bersifat evaluatif
Kebanyakan orang menjalani hari-hari mereka dengam perasaan bahwa
apa yang mereka persepsi adalah nyata. Mereka berpikir bahwa menerima pesan dan
menafsirkannya sebagai suatu proses yang alamiah. Hingga derajat tertentu
asumsi itu benar. Akan tetapi terkadang alat-alat indra dan persepsi kita
menipu, sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realias
sebenarnya.[5]
Bila Anda memiliki teman dan mengatakan bahwa Ia mempersepsi seseorang atau sesuatu
”secara objektif”, maka sesungguhnya Ia membohongi Anda. Tidak ada persepsi
yang pernah objektif. Anda melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingan Anda.
Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjektif.
Menggunakan kata-kata Andrea L.Rich, “persepsi pada dasarnya mewakili keadaan
fisik dan psikologis individu alih-alih menunjukan karakteristik dan kualitas
mutlak objek yang dipersepsi”. Menurut Rogers, kita tidak bereaksi terhadap
realitas mutlak melainkan terhadap persepsi kita mengenai realitas tersebut. Dengan pengertian ini, kita sesungguhnya
hidup dalam persepsi yang kita buat berdasarkan kondisi psikologis kita saat
itu, dan kita hidup dalam perspektual yang bukanlah merupakan relitas itu
sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan
salah satu pengaruh paling kuat, dikarenakan suatu objek atau kejadian sangat
mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan persepsi.
Dalam mengorgansasikan suatu objek,yakni meletakkannya dalam suatu
konteks tertentu, telah digunakan prinsip-perinsip berikut:[6]
Prinsip
pertama: Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip
kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.
Persepsi
kedua: Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang
terdiri dari objek dan latar belakangnya.
Persepsi
sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan
dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya,
kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi,
sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi. Namun demikian,
karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi, maka
objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi. Dengan
demikian dapat dikemukakan dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang
masing-masing mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan,
harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang
lain, yang dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Berdasarkan
uraian diatas, maka ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat
berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1. Keadaan
stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan di persepsi.
2. Situasi
atau keadaan sosial yang melatar-belakangi stimulus.
3. Keadaan
orang yang mempersepsi.
Walaupun
stimulus personnya sama tetapi jika situasi sosial yang melatar belakangi
stimulus person berbeda akan berbeda hasil
persepsinya. Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman atau
dengan kata lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi, akan berpengaruh dalam
diri seseorang untuk mempersepsi orang lain. Hal tersebut disebabkan karena
persepsi merupakan aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi atas
dasar pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang
mempersepsi akan lain hasil persepsinya bila orang yang dipersepsi itu
memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian pula dengan aspek-aspek lain
yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi.
Demikian
pula situasi sosial yang melatar-belakangi stimulus person juga akan ikut berperan dalam hal
mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang melatar belakangi berbeda, hal
tersebut dapat membawa perbedaan hasil persepsi seseorang. Orang yang biasa
bersikap keras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan untuk
menunjukkan kekerasannya, hal tersebut akan mempengaruhi diri seseorang dalam
berperan sebagai stimulus person. Keadaan tersebut, dapat
mempengaruhi orang yang mempersepsinya. Karena itu, situasi sosial yang melatar
belakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam
persepsi, khususnya persepsi social.
Sarwono
(2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi social yang
sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi social yang berbeda tentang
stimulus yang ada dilingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh
social budaya dari lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motiv individu,
dan kepribadian individu. Lebih jauh, sarwono (2002) menambahkan bahwa persepsi
social juga sangat tergantung pada komunikasi. Artinya, bagaimana komunikasi
yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya akan mempengaruhi
persepsi diantara keduanya. Komunikasi disini menurut Sarwono (2002) bukan
hanya sebatas komunikasi verbal melainkan juga komunikasi non-verbal yang terjadi
antara keduanya, seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain sebagainya.
Selanjutnya,
persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi social (akan dibahas
selanjutnya), yaitu pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik
orang lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya
didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu:
1. Dimensi
evaluasi yaitu penilaian
untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada
orang lain.
2. Dimensi
potensi yaitu kualitas
dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang,
jelas-tidak jelas).
3. Dimensi
aktivitas yaitu sifat
aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.
Berdasarkan
tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi evaluatif,
yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk
berinteraksi dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena
adanya kebutuhan untuk mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi
sosial tercakup tiga hal yang saling berkaitan, yaitu:
1. Aksi
orang lain, yaitu tindakan
individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang lain yang dinamis, aktif dan
independen.
2. Reaksi
orang lain, merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari
individu, karena aksi individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman
individu dan cara pendekatannya terhadap orang lain mempengaruhi perilaku orang
lain itu sehingga timbul reaksi.
3. Interaksi
dengan orang lain, yaitu
reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik yang akan muncul.
D. Bias dalam Persepsi
Sosial
Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi
sosial, antara lain yaitu:
1. Hallo
Effect
Merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara
konsisten. Hallo effect ini secara umum terjadi karena
individu hanya mendasarkan persepsinya hanya pada kesan fisik atau
karakteristik lain yang bisa diamati.
2. Forked
Tail Effect (negative
hallo)
Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu
melebih-lebihkan kejelekan orang hanya berdasarkan satu keadaan yang dinilai
buruk.
Apabila kita
telah masuk ke persepsi sosial, maka kita akan mendapatkan keberagaman faktor
yang mempengaruhi persepsi sosial dan faktor-faktor itu pun tidak tetap,
melainkan selalu berubah-ubah, maka seringkali terjadi perbedaan persepsi
antara satu orang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok
yang lain. Hal-hal yang dapat menyebabkan persepsi antarindividu dan antarkelompok
adalah sebagai berikut.[7]
1.
Perhatian
Setiap harinya, kita memiliki ratusan
bahkan ribuan rangsangan yang tertangkap indra kita tentunya, kita tidak mampu
menyerap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus. kerena
keterbatasan daya serap dan persepsi kita, maka kita terpaksa hanya bisa
memusatkan perhatian kita pada satu akan dua objek saja.
2.
Set
Set (mental set) adalah persiapan mental seseorang untuk
menghadap suatu rangsangan yang akan timbul dengan cara tertentu. Misalnya,
seorang atlet pelari yang siap dari garis “start“ mempunyai set bahwa beberapa
detik lagi akan terdengar bunyi pistol saat mana ia harus memulai berlari.
Terlambatnya atau batalnya bunyi pistol, bisa membuat atlet tersebut
kebingungan karena tidak tahu apa yang harus di lakukan.
3.
Kebutuhan
kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan
demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.
4.
Sistem nilai
Sistem nilai berlaku dalam satu
masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu Eksprimen di amerika
serikat (Brunner dan Godman, 1947 dalam Baker Rierdan dan Wapner, 1974) menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari
keluarga miskin mempersepsi mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang
sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari
kelurga kaya.
5.
Tipe kepribadian
Dengan melihat
kepribadian seseorang, kita mampu mempersepsi seseorang sesuai dengan kulit
luarnya. Dalam persepsi ini, tidak menuntut kemungkinan bahwa kepribadian
seseorang di masa lalu tetap sama dengan kepribadiannya pada masa sekarang.
Dikarenakan perkambangan zaman telah membentuk pola hidup seseorang untuk
berinteraksi.
6.
Gangguan kejiwaan
Sebagai gejala normal, ilusi berbeda dari halusinasi dan delusi,
yaitu kesalahan persepsi pada penderita gangguan jiwa (biasanya pada penderita Schizophrenia).
Penyandang gejala halusinasi Visual seakan-akan melihat sesuatu dan Ia percaya
betul dengan apa yang dilihatnya itu realita. Sedangkan penyandang halusinasi
Auditif seakan-akan mendengar suara
tertentu, yang diyakininya sebagai realita. Gejala halusinasi Visual dan
Auditif dan mungkin juga pada indra yang lain, bisa terdapat pada satu orang,
yang mengakibatkan orang itu mengalami delusi, delusi merupakan keyakinan bahwa
dirinya menjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan realita (fixed false belief).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
o Persepsi adalah
yaitu cara pandang sesuatu terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil
olahan daya pikir, artinya persepsi berkaitan dengan factor-faktor eksternal
yang direspon melalui panca indra, daya ingat dan daya jiwa.
o Berikut
pandangan Menurut Ruch (1967:300), persepsi adalah suatu proses tentang
petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur
dan bermakna pada suatu situasi tertentu.
o Hakikat dari
persepsi adalah: Persepsi merupakan kemampuan kognitif dan Peran atensi dalam
persepsi. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi adanya persepsi adalah:
perhatian, factor fungsional dan factor structural.
o Persepsi sosial
adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita
alami dalam lingkungan kita. Manusia sebagai pusat komunikasi, memiliki
pemikiran dan penilaian tersendiri terhadap apa yang Ia alami atau lihat. Oleh
karena itu, manusia bersifat emosional. Slalu mengedepankan perasaan ketimbang
pemikiran yang mendasar.
o Setiap orang
memiliki gambaran yang berbeda mengenal realitas disekelilingnya. Beberapa
prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan
persepsi sosial ini adalah sebagai berikut:
Persepsi berdasarkan pengalaman,
bersifat selektif, bersifat dugaan, bersifat evaluative dan persepsi bersifat
kontekstual.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø
Abdul Rahman Shaleh. PSIKOLOGI suatu pengantar dala perspektif
islam. Jakarta. Kencana 2008.
Ø
[1]Deddy Mulyana. Ilmu
Komunikasi suatu pengantar. Remaja rosdakarya. Bandung cet 2, februari 2001.
Ø
Sarlito W.Sarwono. pengantar
psikologi umum. Raja grafindo. Jakarta. Cet 3, November 2010.
Ø
Mursidin. Psikologi umum. Pustaka
setia. Bandung. Cet 1 februari 2010.
[1] Pendefinisian Kenneth E. Anderian (1972:46) dalam bukunya sebagai
pengantar pada teori komunokasi.
[2] Abdul Rahman Shaleh. PSIKOLOGI
suatu pengantar dala perspektif islam. Jakarta. Kencana 2008. Hlm 110.
[3] Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D. Ilmu Komunikasi suatu pengantar. Remaja
rosdakarya. Bandung cet 2, februari
2001. Hlm 175.
[4] Larry A. Samovar dan Richard E.Porter. Communication Beetwen Cultures. Belmont, California: wadsworth,
1991, hlm 193.
[5] Nancy L.Braganti dan Elizabeth Devine. The Traveler’s Guide to European
Customs & Manners. Deephen, MN: Meadowbrook Books, 1984, hlm. 23.
[6] Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D. Ilmu Komunikasi suatu pengantar. Remaja
rosdakarya. Bandung cet 2, februari
2001, hlm. 192.
[7] Sarlito W.Sarwono. pengantar psikologi umum. Raja grafindo.
Jakarta. Cet 3, November 2010. Hlm 58.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar